Kata akhlak berasal dari khalaqa yang artinya kelakuan, tabiat, watak, kebiasaan kelaziman, dan peradaban. Maskawaih (1934;3) menjelaskan bahwa, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, mendorong melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan menurut Nata (1996;25) al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan beraneka ragam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Memperhatikan rumusan diatas, bahwa akhlak merupakan manipestasi dari gambaran jiwa seseorang yang terwujud dalam sikap, ucapan dan perbuatan. Tentunya akhlak prilaku yang sungguh-sungguh, bukanlah permainan silat lidah, sandiwara. Aktivitas itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata menuju ridha-Nya. Disisi lain, akhlak merupakan prilaku yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, perasaan, pikiran, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan (moral) yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk ( Daradjat:1995;10). Penerapan akhlak dapat dipandang dari dua sisi, yaitu secara vertikal dan horizontal.

Adapun akhlak secara vertikal adalah berakhlak kepada Allah yaitu suatu tatacara etika melakukan hubungan atau komunikasi dengan Allah sebagai tanda syukur atas rahmat dan kurnia-Nya yang beraneka ragam. Sedangkan akhlak secara horizontal yaitu sikap dan etika perbuatan terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan terhadap alam sekitarnya.

Untuk menumbuhkan generasi penerus yang berakhlakul karimah, maka perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak semenjak usia dini tata cara berakhlak, baik kepada Allah, terhadap diri sendiri dan lingkungan keluarga serta alam sekitar. Untuk itu agar anak terhindar dari akhlak tercela, pembinaan akhlak perlu dilakukan sejak usia dini, melalui latihan, pembiasaan, dan contoh suri teladan dari anggota keluarga terutma orang tua, sebab apa yang diterima dan dialami anak sejak dini akan melekat pada dirinya dan akan membentuk kepribadiannya.

 

Penulis: Drs. H. Rasyidul Basri, M.A
Judul: Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam
Sumber Link: https://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=442:pendidikan-anak-usia-dini-dalam-perspektif-islam&catid=41:top-headlines&Itemid=158 

Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Data Kunjungan