Pendidikan Rasulullah

Pendidikan Masa Rasulullah

Dalam buku Sejarah Sosial Pendidikan Islam (2021) dijelaskan, perkembangan pendidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW dapat dipilah menjadi dua, yakni fase Makkah dan Madinah.

Periode Makkah merupakan awal turunnya wahyu pertama. Pada masa itu, beliau masih melakukan dakwah atau pengajaran secara sembunyi-sembunyi. Maka mula-mula, Rasulullah SAW mendidik keluarganya, termasuk istri, anak-anak, serta sepupu dan pamannya. Begitu pula dengan orang-orang terdekatnya, semisal anak angkat atau sejumlah sahabat karibnya.

Masih pada fase Makkah, setelah tiga tahun berlangsung klandestin proses pendidikan dari Nabi SAW pun beralih kepada cara terang-terangan. Langkah itu diambil setelah beliau menerima wahyu dari Allah yang menginstruksikannya untuk mengabarkan ajaran tauhid kepada khalayak luas. Mulai saat itulah, beliau menghadapi pertentangan yang lebih frontal dari mereka yang memusuhi Islam.

Adapun fase Madinah dimulai dengan hijrahnya Nabi SAW dari kota kelahirannya ke Madinah—yang ka la itu masih bernama Yastrib. Sejak itu, Islam memperoleh lingkungan baru yang lebih bebas dari penindasan kelompok musyrikin. Ayat-ayat Alquran yang turun dalam periode ini banyak mengajarkan tentang penerapan syariat dalam kehidupan sehari-hari.

Kebijakan Rasulullah SAW

Kebijakan Rasulullah SAW dalam mengajarkan Alquran, antara lain, ialah menganjurkan para sahabat untuk menghafalkan Kalamullah. Bahkan, beberapa Muslimin yang cakap literasi diarahkan untuk menuliskan ayat-ayat kitab suci, sebagaimana yang diajarkan beliau.

Pada waktu fase Makkah dahulu, proses belajarmengajar berlangsung di rumah sejumlah Muslim yang aman dari gangguan kafir Quraisy. Begitu hijrah ke Madinah, Nabi SAW memusatkan kegiatan edukatifnya di masjid. Majelis yang diadakan beliau selalu diikuti kaum Muslimin dengan penuh antusias.

Pendidikan yang dilakukan Rasul SAW memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang Alquran, Sunnah, dan hikmah, baik melalui lisan maupun perbuatan. Semua yang disampaikan Rasulullah SAW adalah kebenaran. Tidak pernah sekalipun beliau menyampaikan apa-apa yang tidak diwahyukan oleh Allah kepadanya. Beliau selalu bersifat benar (shiddiq), tepercaya (amanah), komunikatif (tabligh), dan cerdas (fathonah) secara paripurna.

Pendidikan ala Nabi SAW

Maka itu, pendidikan ala Nabi SAW menghasilkan kaum Muslimin yang berakidah kuat serta tangguh dalam menyebarkan ilmu-ilmu agama. Para sahabat menjadi generasi emas dalam sejarah Islam. Beliau sendiri mengakuinya, Yang terbaik dari kalian (umat Islam) adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (tabiin), kemudian orang-orang setelah mereka (attabiit taabi’in).

Pendidikan Islam yang tumbuh pada zaman Nabi SAW diteruskan oleh generasi sahabat, khususnya mereka yang menjadi amirul mukminin selama era khulafaur rasyidin. Dalam buku Sejarah Sosial dan Intelektual Pendidikan Islam (2019) ditegaskan, Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama menjadikan pendidikan sebagai tameng untuk mempertahankan akidah umat.

Tonggak penting yang bermula pada era Khalifah Abu Bakar ialah pengumpulan mushaf Alquran. Walaupun pembukuan Alquran baru tuntas dikerjakan pada era Khalifah Utsman, kepemimpinan Abu Bakar sangat mendukung perkembangan pendidikan yang qurani. Di antara alasannya ialah, sang amirul mukminin menggencarkan pengiriman dai-dai ke pelbagai pelosok wilayah Islam. Di samping itu, ia pun ber upaya menjaga situasi kondusif negara, semisal dengan cara memadamkan pemberontakan yang dicetuskan para penolak zakat atau golongan yang dipimpin nabi palsu.

Hingga era Khalifah Umar bin Khattab, keadaan cenderung membaik. Wilayah daulah Islam terus meluas hingga menguasai beberapa wilayah bekas Bizantium dan bahkan seluruh Persia. Sahabat bergelar al-Faruq itu juga membangun kota-kota baru di Irak. Banyak di antaranya yang menjadi kota-kota pendidikan, semisal Basrah atau Kufah. Seperti halnya Makkah atau Madinah, dari sana pula bermunculan para alim ulama kenamaan.

Memasuki era Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, umat mulai dilanda prahara. Berawal dari gugurnya sang khalifah ketiga, kaum Muslimin diuji oleh perpecahan politik. Kubu Ali berhadap-hadapan dengan ummul mu`minin ‘Aisyah di Perang Jamal walaupun pada akhirnya kedua belah pihak menghindari konflik lebih lanjut. Yang lebih berkepanjangan ialah konfrontasi antara para pendukung Ali dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Praktis, pemerintahan Ali tidak sempat untuk memikirkan secara serius perkembangan pendidikan Islam yang diselenggarakan negara. Kondisi politik yang jauh dari stabilitas menjadi penyebabnya. Bagaimanapun, kaum terpelajar Muslim secara swadaya terus menghidupkan semangat menuntut ilmu-ilmu agama. Hasilnya, generasi yang datang sesudah sahabat Nabi SAW pun tetap memunculkan ulamaulama besar. Salah satunya yang berasal dari kelompok tabiin ialah Said bin al-Musayyib.

sumber:
https://www.republika.co.id/berita/r6s2c1313/fase-perkembangan-pendidikan-pada-masa-rasulullah

Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Data Kunjungan